bukti kejayaan sejak zaman kompeni, "biarkan ini tetap berdiri, biar jadi bukti buat anak cucu kita kelak " (gedung PT. BA)
"menambang setiap kubik kenangan" (Lapangan Segitiga)
"bekas silo tua, tatap setia mengawasi aktivitas warga kota" (Silo)
lebih dari sekedar lokomotif tua dan rel usang...di inilah jalur sejarah itu (Museum Kereta Api)
"tlah ku ukir namamu di lempengan besi itu, dan ku kutitipkan di sini, biar rasa kita kan terus ada, seakan mengawasi setiap sudut kota tua tempat kita pernah duduk berdua" (Monumen Kesetiaan-Puncak Cemara)
"melangkah keluar setelah menyusuri kelamnya hikayat orang rantai" (Lubang Mbah Suro)
"menenun selembar kisah, untuk generasi selanjutnya" (Silungkang)
Jumat, 06 November 2015
Sabtu, 31 Oktober 2015
Rabu, 09 September 2015
Yang (selalu) Muncul Saat Keramaian (50 Kota)
"Kacang goreng...!!" bukan ungkapan anak muda, tapi penawaran untuk sedikit kerenyahan...
senyum manis pria bertongkat gulali, seakan tak kan pernah mati...
peliharaan lintas generasi...
jejeran manisan "aia aka", siap tuk segarkan kenangan kita...
senyum manis pria bertongkat gulali, seakan tak kan pernah mati...
peliharaan lintas generasi...
jejeran manisan "aia aka", siap tuk segarkan kenangan kita...
Selasa, 02 Juni 2015
Kembali Ke Tarusan Kamang
tarusan bertirai kabut-tak dapat ku pungkiri hatiku tlah terpaut disini
menebar jaring di tengah kabut, mengeruk nikmat dari alam
pemancing senja di pagi hari- seorang kakek khusyuk dengan pancing nya di tepian tarusan yang berkabut
mengayuh pulang- seorang nelayan mengayuh rakit usai menagkap ikan dengan pasok
berakit-rakit hingga ke ujung tarusang- Da Ronald mengendalikan rakit ke ujung tarusan, tempat air muncul dan menghilang
menebar jaring di tengah kabut, mengeruk nikmat dari alam
pemancing senja di pagi hari- seorang kakek khusyuk dengan pancing nya di tepian tarusan yang berkabut
mengayuh pulang- seorang nelayan mengayuh rakit usai menagkap ikan dengan pasok
berakit-rakit hingga ke ujung tarusang- Da Ronald mengendalikan rakit ke ujung tarusan, tempat air muncul dan menghilang
Rabu, 13 Mei 2015
Menjala Pagi Di Tapian Singkarak (Solok)
romantisme sejati pohon dan danau (Ku kenal mereka dari lensa Mak Erison J Kambari, sekarang kudatangi dan ku kodak sendiri)
melamun sendiri di atas keramba...
"bahkan dari seberang danau-pun kau tetap terlihat garang hai marapi (diam-diam ku mulai rindu padamu)"
menebar pukat, berharap menjerat sedikit rezeki
"laksana dermaga hatiku, tak satupun perhatianmu kan berlabuh"
melamun sendiri di atas keramba...
"bahkan dari seberang danau-pun kau tetap terlihat garang hai marapi (diam-diam ku mulai rindu padamu)"
menebar pukat, berharap menjerat sedikit rezeki
"laksana dermaga hatiku, tak satupun perhatianmu kan berlabuh"
Minggu, 03 Mei 2015
Menyimak Kearifan Desa Rantih (Sawahlunto)
bilah-bilah papan di dasar jembatan pengayun langkah,
susunan sawah, sungai, berlatar hutan, simfoni penyejuk jiwa
Bocah pencari belalang di antara rumpun-rumpun padi yang terpancung.
Nun di salah satu tepi rimba yang kami lewati, pondok itu seakan berkata “beristirahatlah dahulu hai para pemburu deburan air tejun, jalan masih jauh kan kau tempuh!”
susunan sawah, sungai, berlatar hutan, simfoni penyejuk jiwa
Bocah pencari belalang di antara rumpun-rumpun padi yang terpancung.
Nun di salah satu tepi rimba yang kami lewati, pondok itu seakan berkata “beristirahatlah dahulu hai para pemburu deburan air tejun, jalan masih jauh kan kau tempuh!”
Gemericik anak sungai nan
setia temani langkah
Curahan kesejukan setelah letih melangkah lewati hutan
Langganan:
Postingan (Atom)